Kebudayaan Jerman

Budaya Jerman


Secara geografis letak Jerman di Eropa sangat strategis. Terletak pada 51 LU dan 9 BT (47  LU-55  LU dan 6  BT-15  BT).
Jerman berada tepat di jantung benua Eropa. Berbatasan dengan 9 negara tetangga, antara lain: Perancis, Swis, Austria, Republik Ceko, Polandia, Denmark, Belanda, Belgia, dan Luksemburg.



1. Tradisi Pemberian Nama


Pernah dengar nama Müller,Weber,atau Schweinsteiger?,tau artinya?
Kalau kita denger sih kayaknya keren tapi ternyata artinya dikit lucu bagi orang indonesia. Orang Jerman pada jaman dahulu suka menggunakan nama pekerjaan mereka sebagai nama panggilan mereka selain nama-nama umum yang memang sudah ada sejak ratusan tahun lalu
seperti Mark,Ribert,David,dll. Orang eropa memang cendrung menggunakan nama-nama yang umum tersebut tanpa menggubahnya, sehingga nama-nama orang eropa yang sudah tua itu masih saja dipakai hingga saat ini.
Disamping nama-nama umum itu orang jerman juga suka menambahkan nama pekerjaan mereka di belakang nama umum tersebut. Kebiasaan itu berlangsung hingga sekarang, malah telah menjadi nama keluarga. Berikut beberapa nama-nama orang Jerman dan artinya:
·         Mueller (penggiling)
·         Bauer (petani)
·         Schneider (pemotong)
·         Kaufmann (pedagang)
·         Schumacher(pembuat sepatu)
·         Schiffer (juragan)
·         Graf (pegawai pencatat)
·         Schweinsteiger (pengembala/pengurus babi)
·         Weber (penenun)

2. Tradisi Pernikahan


Di Jerman bulan pilihan untuk menikah adalah Mei. Tradisi yang berhubungan dengan pernikahan di Jerman yang banyak dan berbeda-beda menurut wilayah. Brides sering membawa garam dan roti sebagai pertanda untuk hasil panen yang baik dan laki-laki membawa gandum untuk kekayaan dan nasib baik. Pada daerah-daerah tertentu di Jerman, hingga sekarang masih mewarisi kebiasaan ritual pernikahan kuno tertentu, misalkan sebuah contoh di daerah Bonn yang masih nge-trend yakni ritual Bude Abend yang sebelum pernikahan membanting ember dan memecah piring. Sama halnya dengan situasi di negara Eropa lainnya, pemuda- pemudi Jerman kebanyakan di dalam gereja melangsungkan ritual pernikahan dan di rumah melangsungkan pestanya . Pihak lelaki menutup biaya untuk acara di gereja, daftar nama para tamu peserta pesta pernikahan kebanyakan ditentukan oleh orang tua mempelai wanita. Akan tetapi, pada kebanyakan situasi, orang tua pihak mempelai selalu berunding dengan besan mereka, masing- masing mengusulkan separuh nama tamu, dengan begitu bisa menghindari munculnya hal tidak menyenangkan pada saat pesta berlangsung. Pesta pernikahan pada umumnya, daftar nama tamu biasanya termasuk anggota keluarga kedua keluarga, kawan kedua belah pihak orang tua, para teman mempelai pria dan wanita, secara garis besar ditentukan berdasarkan perbandingan yang setara. Di dalam suasana pesta yang khidmat, mempelai pria yang berbusana pakaian rapi dan bergandengan tangan dengan mempelai wanita yang bergaun putih, di bawah kawalan dari pengapit pengantin laki-perempuan, memasuki arena pesta pernikahan, para undangan menyatakan selamat kepada pengantin baru, kedua mempelai menyatakan rasa terima kasih kepada hadirin satu persatu. Secara tiba-tiba, suara Ting ting tang tang pecahan piring dan bunyi gaduh bantingan mangkuk, selain itu juga tiada henti, persis bagaikan suara petasan pada saat malam tahun baru Imleek. Ternyata, dengan mengikuti kebiasaan tradisional, sebelum resmi menikah harus melangsungkan ritual membuang yang lama (sial) menyongsong yang baru. Para undangan yang mengikuti acara pesta, setiap orang pada membawa aneka macam mangkuk pecah, piring retak, botol pecah dan lain sebagainya. Di dalam ritual, orang-orang pada berlomba membanting piring dan memecah botol, silih berganti, suara gaduh tidak berhenti. Benda-benda rombeng yang dibawa dan dibanting para tamu berserakan di lantai, orang tua pengantin wanita dengan tersenyum simpul mengumpulkan pecahan benda-benda tersebut dan disapu menjadi satu dimasukkan ke dalam sebuah koper usang serta disulut dengan api di tengah halaman, para hadirin mengelilinginya sembari menyanyi dan menari, bersorak sorai dan berlompatan. Di dalam konsepsi tradisional orang Tionghoa, pada saat pesta, pantang memecahkan barang, konsepsi tradisional orang Jerman justru terbalik. Mereka menganggap dengan membanting dan melempar keras-keras, bisa membantu kedua mempelai menghapus kegundahan masa lampau dan menyongsong permulaan yang indah, di dalam perjalanan kehidupan yang panjang, sang suami-isteri bisa selalu mempertahankan asmara yang hangat, selama hidup tak berpisah hingga rambut memutih.nYang lebih menarik ialah, suami isteri pengantin baru tidak boleh menikmati malam pertama dengan tenang, melainkan berkonsentrasi penuh, dengan seksama memperhatikan keadaan sekeliling. Selalu saja ada tetangga kiri kanan yang secara berkala memecahkan seperangkat porselen, sesudah kedua mempelai itu mendengarnya, sebagai reaksinya diharuskan dengan segera memecah juga sebuah benda. Seolah-olah pihak lain memecah sebuah benda pecah-belah adalah mengucapkan selamat kepada mereka, maka mereka juga membanting sebuah porselin untuk menunjukkan rasa terima kasih. Hal hal unik lainnya dalam tradisi pernikahan di jerman yaitu pengantin wanita sering membawa garam dan roti sebagai pertanda untuk hasil panen yang baik dan laki-laki membawa gandum untuk kekayaan dan nasib baik.

3. Pola Tidur
Survei tidur global yang dilakukan The National Sleep Foundation menemukan pola dan kebiasaan tidur unik dari setiap orang di enam negara besar di dunia.
Sebanyak 36% warga Jerman yang disurvei mengaku tidur kurang dari tujuh jam setiap malam. Kualitas tidur warga Jerman sangat dipengaruhi oleh kondisi kamar tidur. Mereka mengaku lebih santai jika kamar memiliki aroma segar dan menyenangkan. Sehingga mereka membersihkan dan merapikan kamar setiap minggu agar mendapat udara segar sehingga memiliki kualitas tidur malam yang baik.

4. Kebiasaan Makan


Bratwurst , roti, sosis, keju, Sauerkraut, Currywurst , Kartoffelsalat … adalah beberapa jenis makanan yang pastinya tak jarang ditemukan, namanya terngiang-ngiang ditelinga bahkan terbayang dipikiran para pembaca di Indonesia, jika kita mendengar kata Jerman. Lalu bagaimana dengan kebiasaan makan di Jerman? Apakah memang hanya jenis makanan ini yang menjadi menu makanan sehari-hari di Jerman dan merupakan menu makanan di setiap waktu makannya? Kebiasaan makan di Jerman sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan kebiasaan makan di negara kita, yang pada umumnya terdiri dari waktu sarapan pagi, makan siang dan makan malam.
Sarapan Pagi
Seperti biasa kebiasaan makan di mulai dengan sarapan pagi. Ditemani secangkir kopi atau teh, berbagai jenis roti tawar dan juga jenis roti Brötchen dengan olesan berbagai selai manis beragam rasa atau coklat merupakan salah satu dari menu standar sarapan pagi. Atau bahkan berbagai jenis keju serta sosis dapat juga menjadi pilihan untuk sarapan. Namun tak menutup kemungkinan jika menu di pagi hari lebih luas lagi seperti menghidangkan makanan lainnya diantaranya yoghurt , cornflakes , müsli dan juga telur rebus serta berbagai jenis jus buah-buahan untuk minumannya.

Makan Siang
Makan siang merupakan waktu makan utama yang memiliki menu berat layaknya seperti di Indonesia nasi beserta lauk pauknya. Hanya di Jerman makan siang selalu dihidangkan dalam keadaan panas dan fresh dan menu makanan yang disantap sering bervariasi. Seringkali menu yang ada terdiri dari menu masakan berbahan dasar daging, kentang serta sayur-sayuran.

Makan Malam
Abendbrot – der Abend= malam – das Brot=roti, itulah sebutan makan malam dalam bahasa Jerman. Dari sebutannya saja sudah dapat diartikan jika menu makan malam hanya terdiri dari berbagai jenis roti – Brot – yang dihidangkan dengan berbagai jenis keju, irisan sosis dan salat. Namun kadangkala disajikan pula makanan lainnya yang
dalam keadaan „panas“ seperti sup. Selain ketiga waktu makan yang telah disebutkan, adapula waktu makan lainnya yaitu sebagai waktu makan tambahan. Tepatnya waktu makan ini dilakukan di sore hari disaat akhir pekan. Hidangan yang tersedia pun adalah berbagai jenis kue atau kue tart yang disertai dengan minum kopi atau the bersama. Waktu ini seringkali juga digunakan untuk berkumpul bersama sanak keluarga atau teman bahkan sahabat. Akan tetapi dengan seiringnya perubahan waktu dan perkembangan jaman yang disertai dengan perubahan cara hidup orang Jerman dan kesibukan serta kebutuhan yang berbeda-beda, kebiasaan makan di Jerman pun turut mengalami perubahan. Dengan tingkat kesibukan yang tinggi tak banyak dari orang Jerman yang meluangkan cukup waktu untuk makan. Seringnya mereka hanya menghabiskan kebiasaan makannya dalam waktu singkat, sebagai contoh di kala siang hari karena pekerjaan atau kegiatan lainnya tak jarang makanan di kantin tempat bekerja, restoran ataupun makanan siap saji bahkan makanan dari Imbiss sudah biasa dijadikan sebagai alternatif. Lalu waktu makan pada siang dan malam hari pun seringkali bervariasi, yang pasti adalah salah satu dari waktu makan tersebut menyajikan makanan dalam keadaan panas dan fresh . Selain itu berbagai restoran yang menghidangkan berbagai jenis makanan dari berbagai negara, sebut saja seperti hamburger, döner kebab , pizza , pasta, dan juga sejenis makanan asia menambah jenis makanan yang dapat ditemui di Jerman. Tentunya yang tak kalah penting juga bahwa banyak Imbiss yang hampir dapat ditemui di seluruh pelosok Jerman yaitu semacam restoran atau kios kecil yang menjual makanan tertentu diantaranya seperti Pommes Frites , bratwurst , Currywurst , Kartoffelsalat dan lainnya melengkapi sudah keanekaragaman jenis makanan yang tersedia di
Jerman Setidaknya para pembaca sekarang sudah mengetahui kira- kira kebiasaan makan di Jerman, tetapi yang mungkin harus diketahui juga bahwa tentunya kebiasaan dan jenis makanan yang ada di Jerman pun berbeda-beda tergantung dari wilayah masing-masing, layaknya di Indonesia yang memiliki khas makanan dari tiap-tiap daerahnya.

5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang



Waktu luang yang tersedia untuk remaja dan orang dewasa di Jerman sekarang lebih banyak daripada yang tersedia sepuluh tahun lalu – rata-rata enam setengah jam per hari. Orang Jerman paling suka menghabiskan waktu itu dengan berolahraga atau dengan mengikuti acara budaya. Waktu yang dihabiskan penduduk Jerman di depan pesawat televisi atau dengan mendengar radio lebih sedikit dibandingkan dengan kebanyakan negara OECD lainnya. Di Jerman istilah mall jarang dipakai, karena jarang ada. Yang ada di Jerman adalah Fußgängerzone, yaitu daerah pejalan kaki terbuka dan di sebelah kiri-kanan ada toko- toko. Pada umumnya orang Jerman lebih suka meluangkan waktu untuk jalan-jalan di taman dari pada ke mall. Mereka biasanya hanya pergi belanja kalo memang ada keperluan tertentu dan bukan hanya untuk jalan-jalan.


sumber : http://deutschabteilungunj.blogspot.co.id/2015/08/tradisi-dan-kebiasaan-orang-jerman.html

Komentar