Budaya Jerman
Jerman berada tepat di jantung benua Eropa. Berbatasan dengan 9 negara tetangga, antara lain: Perancis, Swis, Austria, Republik Ceko, Polandia, Denmark, Belanda, Belgia, dan Luksemburg.
1. Tradisi Pemberian Nama
Pernah dengar nama
Müller,Weber,atau Schweinsteiger?,tau artinya?
Kalau kita denger sih kayaknya
keren tapi ternyata artinya dikit lucu bagi orang indonesia. Orang Jerman pada
jaman dahulu suka menggunakan nama pekerjaan mereka sebagai nama panggilan
mereka selain nama-nama umum yang memang sudah ada sejak ratusan tahun lalu
seperti Mark,Ribert,David,dll.
Orang eropa memang cendrung menggunakan nama-nama yang umum tersebut tanpa
menggubahnya, sehingga nama-nama orang eropa yang sudah tua itu masih saja
dipakai hingga saat ini.
Disamping nama-nama umum itu
orang jerman juga suka menambahkan nama pekerjaan mereka di belakang nama umum
tersebut. Kebiasaan itu berlangsung hingga sekarang, malah telah menjadi nama
keluarga. Berikut beberapa nama-nama orang Jerman dan artinya:
·
Mueller
(penggiling)
·
Bauer
(petani)
·
Schneider
(pemotong)
·
Kaufmann
(pedagang)
·
Schumacher(pembuat
sepatu)
·
Schiffer
(juragan)
·
Graf
(pegawai pencatat)
·
Schweinsteiger
(pengembala/pengurus babi)
·
Weber
(penenun)
2. Tradisi Pernikahan
Di Jerman bulan pilihan untuk
menikah adalah Mei. Tradisi yang berhubungan dengan pernikahan di Jerman yang
banyak dan berbeda-beda menurut wilayah. Brides sering membawa garam dan roti
sebagai pertanda untuk hasil panen yang baik dan laki-laki membawa gandum untuk
kekayaan dan nasib baik. Pada daerah-daerah tertentu di Jerman, hingga sekarang
masih mewarisi kebiasaan ritual pernikahan kuno tertentu, misalkan sebuah
contoh di daerah Bonn yang masih nge-trend yakni ritual Bude Abend yang sebelum
pernikahan membanting ember dan memecah piring. Sama halnya dengan situasi di
negara Eropa lainnya, pemuda- pemudi Jerman kebanyakan di dalam gereja
melangsungkan ritual pernikahan dan di rumah melangsungkan pestanya . Pihak
lelaki menutup biaya untuk acara di gereja, daftar nama para tamu peserta pesta
pernikahan kebanyakan ditentukan oleh orang tua mempelai wanita. Akan tetapi,
pada kebanyakan situasi, orang tua pihak mempelai selalu berunding dengan besan
mereka, masing- masing mengusulkan separuh nama tamu, dengan begitu bisa menghindari
munculnya hal tidak menyenangkan pada saat pesta berlangsung. Pesta pernikahan
pada umumnya, daftar nama tamu biasanya termasuk anggota keluarga kedua
keluarga, kawan kedua belah pihak orang tua, para teman mempelai pria dan
wanita, secara garis besar ditentukan berdasarkan perbandingan yang setara. Di
dalam suasana pesta yang khidmat, mempelai pria yang berbusana pakaian rapi dan
bergandengan tangan dengan mempelai wanita yang bergaun putih, di bawah kawalan
dari pengapit pengantin laki-perempuan, memasuki arena pesta pernikahan, para
undangan menyatakan selamat kepada pengantin baru, kedua mempelai menyatakan
rasa terima kasih kepada hadirin satu persatu. Secara tiba-tiba, suara Ting
ting tang tang pecahan piring dan bunyi gaduh bantingan mangkuk, selain itu
juga tiada henti, persis bagaikan suara petasan pada saat malam tahun baru
Imleek. Ternyata, dengan mengikuti kebiasaan tradisional, sebelum resmi menikah
harus melangsungkan ritual membuang yang lama (sial) menyongsong yang baru.
Para undangan yang mengikuti acara pesta, setiap orang pada membawa aneka macam
mangkuk pecah, piring retak, botol pecah dan lain sebagainya. Di dalam ritual,
orang-orang pada berlomba membanting piring dan memecah botol, silih berganti,
suara gaduh tidak berhenti. Benda-benda rombeng yang dibawa dan dibanting para
tamu berserakan di lantai, orang tua pengantin wanita dengan tersenyum simpul
mengumpulkan pecahan benda-benda tersebut dan disapu menjadi satu dimasukkan ke
dalam sebuah koper usang serta disulut dengan api di tengah halaman, para
hadirin mengelilinginya sembari menyanyi dan menari, bersorak sorai dan
berlompatan. Di dalam konsepsi tradisional orang Tionghoa, pada saat pesta,
pantang memecahkan barang, konsepsi tradisional orang Jerman justru terbalik. Mereka
menganggap dengan membanting dan melempar keras-keras, bisa membantu kedua
mempelai menghapus kegundahan masa lampau dan menyongsong permulaan yang indah,
di dalam perjalanan kehidupan yang panjang, sang suami-isteri bisa selalu
mempertahankan asmara yang hangat, selama hidup tak berpisah hingga rambut
memutih.nYang lebih menarik ialah, suami isteri pengantin baru tidak boleh
menikmati malam pertama dengan tenang, melainkan berkonsentrasi penuh, dengan
seksama memperhatikan keadaan sekeliling. Selalu saja ada tetangga kiri kanan
yang secara berkala memecahkan seperangkat porselen, sesudah kedua mempelai itu
mendengarnya, sebagai reaksinya diharuskan dengan segera memecah juga sebuah
benda. Seolah-olah pihak lain memecah sebuah benda pecah-belah adalah
mengucapkan selamat kepada mereka, maka mereka juga membanting sebuah porselin
untuk menunjukkan rasa terima kasih. Hal hal unik lainnya dalam tradisi
pernikahan di jerman yaitu pengantin wanita sering membawa garam dan roti
sebagai pertanda untuk hasil panen yang baik dan laki-laki membawa gandum untuk
kekayaan dan nasib baik.
3. Pola Tidur
Survei tidur global yang
dilakukan The National Sleep Foundation menemukan pola dan kebiasaan tidur unik
dari setiap orang di enam negara besar di dunia.
Sebanyak 36% warga Jerman yang
disurvei mengaku tidur kurang dari tujuh jam setiap malam. Kualitas tidur warga
Jerman sangat dipengaruhi oleh kondisi kamar tidur. Mereka mengaku lebih santai
jika kamar memiliki aroma segar dan menyenangkan. Sehingga mereka membersihkan
dan merapikan kamar setiap minggu agar mendapat udara segar sehingga memiliki
kualitas tidur malam yang baik.
4. Kebiasaan Makan
Bratwurst , roti, sosis, keju,
Sauerkraut, Currywurst , Kartoffelsalat … adalah beberapa jenis makanan yang
pastinya tak jarang ditemukan, namanya terngiang-ngiang ditelinga bahkan
terbayang dipikiran para pembaca di Indonesia, jika kita mendengar kata Jerman.
Lalu bagaimana dengan kebiasaan makan di Jerman? Apakah memang hanya jenis
makanan ini yang menjadi menu makanan sehari-hari di Jerman dan merupakan menu
makanan di setiap waktu makannya? Kebiasaan makan di Jerman sebenarnya tidaklah
jauh berbeda dengan kebiasaan makan di negara kita, yang pada umumnya terdiri
dari waktu sarapan pagi, makan siang dan makan malam.
Sarapan Pagi
Seperti biasa kebiasaan makan di
mulai dengan sarapan pagi. Ditemani secangkir kopi atau teh, berbagai jenis
roti tawar dan juga jenis roti Brötchen dengan olesan berbagai selai manis
beragam rasa atau coklat merupakan salah satu dari menu standar sarapan pagi.
Atau bahkan berbagai jenis keju serta sosis dapat juga menjadi pilihan untuk sarapan.
Namun tak menutup kemungkinan jika menu di pagi hari lebih luas lagi seperti
menghidangkan makanan lainnya diantaranya yoghurt , cornflakes , müsli dan juga
telur rebus serta berbagai jenis jus buah-buahan untuk minumannya.
Makan Siang
Makan siang merupakan waktu makan
utama yang memiliki menu berat layaknya seperti di Indonesia nasi beserta lauk pauknya.
Hanya di Jerman makan siang selalu dihidangkan dalam keadaan panas dan fresh
dan menu makanan yang disantap sering bervariasi. Seringkali menu yang ada
terdiri dari menu masakan berbahan dasar daging, kentang serta sayur-sayuran.
Makan Malam
Abendbrot – der Abend= malam –
das Brot=roti, itulah sebutan makan malam dalam bahasa Jerman. Dari sebutannya
saja sudah dapat diartikan jika menu makan malam hanya terdiri dari berbagai
jenis roti – Brot – yang dihidangkan dengan berbagai jenis keju, irisan sosis
dan salat. Namun kadangkala disajikan pula makanan lainnya yang
dalam keadaan „panas“ seperti
sup. Selain ketiga waktu makan yang telah disebutkan, adapula waktu makan
lainnya yaitu sebagai waktu makan tambahan. Tepatnya waktu makan ini dilakukan
di sore hari disaat akhir pekan. Hidangan yang tersedia pun adalah berbagai
jenis kue atau kue tart yang disertai dengan minum kopi atau the bersama. Waktu
ini seringkali juga digunakan untuk berkumpul bersama sanak keluarga atau teman
bahkan sahabat. Akan tetapi dengan seiringnya perubahan waktu dan perkembangan jaman
yang disertai dengan perubahan cara hidup orang Jerman dan kesibukan serta
kebutuhan yang berbeda-beda, kebiasaan makan di Jerman pun turut mengalami
perubahan. Dengan tingkat kesibukan yang tinggi tak banyak dari orang Jerman
yang meluangkan cukup waktu untuk makan. Seringnya mereka hanya menghabiskan kebiasaan
makannya dalam waktu singkat, sebagai contoh di kala siang hari karena
pekerjaan atau kegiatan lainnya tak jarang makanan di kantin tempat bekerja,
restoran ataupun makanan siap saji bahkan makanan dari Imbiss sudah biasa dijadikan
sebagai alternatif. Lalu waktu makan pada siang dan malam hari pun seringkali bervariasi,
yang pasti adalah salah satu dari waktu makan tersebut menyajikan makanan dalam
keadaan panas dan fresh . Selain itu berbagai restoran yang menghidangkan berbagai
jenis makanan dari berbagai negara, sebut saja seperti hamburger, döner kebab ,
pizza , pasta, dan juga sejenis makanan asia menambah jenis makanan yang dapat
ditemui di Jerman. Tentunya yang tak kalah penting juga bahwa banyak Imbiss
yang hampir dapat ditemui di seluruh pelosok Jerman yaitu semacam restoran atau
kios kecil yang menjual makanan tertentu diantaranya seperti Pommes Frites , bratwurst
, Currywurst , Kartoffelsalat dan lainnya melengkapi sudah keanekaragaman jenis
makanan yang tersedia di
Jerman Setidaknya para pembaca
sekarang sudah mengetahui kira- kira kebiasaan makan di Jerman, tetapi yang
mungkin harus diketahui juga bahwa tentunya kebiasaan dan jenis makanan yang
ada di Jerman pun berbeda-beda tergantung dari wilayah masing-masing, layaknya
di Indonesia yang memiliki khas makanan dari tiap-tiap daerahnya.
5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
Waktu luang yang tersedia untuk
remaja dan orang dewasa di Jerman sekarang lebih banyak daripada yang tersedia
sepuluh tahun lalu – rata-rata enam setengah jam per hari. Orang Jerman paling
suka menghabiskan waktu itu dengan berolahraga atau dengan mengikuti acara
budaya. Waktu yang dihabiskan penduduk Jerman di depan pesawat televisi atau
dengan mendengar radio lebih sedikit dibandingkan dengan kebanyakan negara OECD
lainnya. Di Jerman istilah mall jarang dipakai, karena jarang ada. Yang ada di
Jerman adalah Fußgängerzone, yaitu daerah pejalan kaki terbuka dan di sebelah
kiri-kanan ada toko- toko. Pada umumnya orang Jerman lebih suka meluangkan waktu
untuk jalan-jalan di taman dari pada ke mall. Mereka biasanya hanya pergi
belanja kalo memang ada keperluan tertentu dan bukan hanya untuk jalan-jalan.
sumber : http://deutschabteilungunj.blogspot.co.id/2015/08/tradisi-dan-kebiasaan-orang-jerman.html






Komentar
Posting Komentar